Kisahku Dengan Vita

Inilah kisahku. Suatu siang, jam istirahat kantor. Aku iseng ke Mal Kalibata, pusat perbelanjaan yang berdekatan dengan makam pahlawan itu. stelah memarkir mobil dipojokan tepat dibawah pohon yang rindang, aku melangkah masuk menelusuri deretan toko pakaian hendak menuju sebuah cafe yang ada disitu. Tapi, langkahku tertahan ketika melihat makhluk manis imut-imut didekat mulut tangga berjalan alias eskalator. Makhluk manis imut-imut itu adalah seorang gadis muda belia memakai rik biru seragam SMP, tapi kemejanya sudah diganti dengan T-shirt ketat. Sekilas, ia melirikku tepat ketika aku memandangnya. Tampak gadis belia itu tersenyum samar-samar. Aku membalas senyumannya. Dan, rugi bila aku tidak mendekatinya. Kuajak dia berkenalan dan ia menyebut namanya Vita, Setelah basa-basi singkat tapi akrab, Vita akhirnya mau kuajak menemaniku masuk ke cafe. Kami pun ngobrol ngalor-ngidul . Sesekali menyerempet pembicaraan seputar seks. Tapi Vita yang sebenarnya masih sangat belia (dari kartu pelajarnya, Vita baru kelas 3 SMP, berusia 15 tahun) begitu lincah memanuver pembicaraan mengenai urusan paling intim orang dewasa. Malah benar-benar kejutan yang aku harapkan, Vita mengajakku berintim-intim di mobil. "Close up aja, tapi gak boleh lebih" katanya. Vita menolak dengan tegas ketika aku menawarkan untuk mengajaknya ke hotel saja dengan bayaran yang lebih tinggi. Lalu terjadilah. Kami ke mobil. Di mobil, aku duduk dibelakang stir, sementara Vita mengambil tempat di jok sebelahku. Dan tanpa basa-basi Vita mulai menjalankan kewajibannya. Mula-mula ia memandangku dengan malu-malu dan tersenyum simpul. Akupun tersenyum, deg-deghan menunggu kejadian selanjutnya. Vita lalu melepaskan T-shirt yang membungkus ketat tubuhnya, melipat dengan rapi kaos itu dan ditaruh di jok belakang. Bahunya mulus tak tercela, lehernya jenjang. Dan setan belang, gumpalan kenyal didadanya tertampung bra bernomor 34B, Bra berwarna hitam itu mungkin nampak terlalu kecil, sehingga nampak begitu kewalahan menampung payudara gadis ini yang seakan-akan mau tumpah. Dan lekukan batas payudara kiri dan kanannya begitu nyata mengguratkan keindahan payudara seorang gadis secara sempurna. Lalu, ia berbalik, mengarahkan punggungnya kearahku, Aku menelan ludah, kerongkonganku terasa kering. Pandanganku membentur punggungnya yang putih mulus, kencang dan padat. Tubuh gadis remaja belasan tahun, memang jauh lebih segar dan sungguh menantang, menggetarkan seluruh ujung syaraf kelaki-lakianku. Lincah dan terampil, aku membantu melepaskan kaitan bra yang dikenakannya, Vita membantu melapaskan bra itu, meloloskan temalinya meliwati ketiak dan kemudian pengaman berbentuk tempurung kelapa itu dilemparkannya ke jok belakang. Sesaat kemudian, Vita kembali menghadap ke depan, lalu tangannya bergerak merebahkan jok yang didudukinya hingga miring menyentuh jok belakang. Dari samping, mataku langsung menangkap gundukan bukit lembut kuning langsat mulus semulus pualam yang bertengger menantang didadanya, dengan puncak sebentuk kacang hijau keras kemerahan. Tangannya masih sedikit menghalangi perhatianku. Tapi, ketika Vita merebahkan diri dan terlentang di jok yang sudah direbahkannya, semuanya tampak nyata dan jelas dimataku. Gundukan kembar itu mungkin terlalu besar untuk disebut bukit. Yang ini lebih pantas disebut sebagai gunung. Bentuknya terlalu indah, kencang dan keras menopang langit, dengan puncaknya yang memerah. Meski tampak sudah sempurna bentuknya, aku tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya kelak jika dia sudah mencapai kedewasaan kelak, yang pasti bentuk payudaranya kelak akan tampak lebih sempurna dari sekarang ini. Aku jadi setengah sadar dibuatnya, terbuai oleh keindahan dan kesempurnaan payudaranya yang tergelar dihadapan kedua mataku yang beruntung ini. Adakah pemandangan lain yang lebih menakjubkan didunia ini selain pemandangan yang kusaksikan sekarang ini? Aku sudah tak sabar untuk mengelusnya, menjamahnya, bahkan rasanya ingin kuremas atau kucium dengan gemasnya atau kalau bisa kutelan saja! Lebih-lebih ketika Vita meliuk-liukan tubuhnya sedemikian sensualnya saat berusaha membuka menggapai kancing dan ritsluiting roknya yang ada dibelakang. Kemudian dengan tatapan nakal menggoda, Vita mulai melorotkan secara perlahan-lahan roknya sambil menatap kemataku yang mulai nakal tak terkendali, kemudian Vita melemparkan roknya yang sudah terlepas ke jok belakang. Kemudian kedua belah kakinya yang indah ditekuk keatas, tampak Vita berusaha untuk melepaskan CD warna biru mudanya, dengan tak sabar aku menanti adegan ini dengan berdebar-debar, sampai akhirnya CDnya telah melorot lepas dari tubuhnya, dan kembali diletakkan di jok belakang mobilku. Saat ini aku benar-benar merasakan sebagai pria paling beruntung didunia, dihadapanku saat ini berbaring sebuah tubuh indah nan mempesona dari seorang gadis yang begitu belia. Tubuhnya yang padat dan sensual kini terpampang tanpa sehelai benangpun yang tersisa ditubuhnya. Duh, setan belang, keindahan yang begitu sempurna, menggetarkan, memabukkan, menghanyutkan. Aku begitu tertegun, terkesima, terpesona, oleh keindahan tubuh polos Vita yang sedang tersenyum malu-malu melihat aku yang sedang menikmati keindahan tubuhnya. Aku tidak bisa menahan diri lagi untuk segera menyerbunya dengan serangan-serangan bertubi-tubi baik dengan menggunakan mulutku ataupun kedua belah tanganku yang aktif bergerilya diseluruh lekuk-lekuk tubuhnya yang indah, semuanya sibuk seolah-olah hendak mereguk seluruh keindahan yang ada pada gadis belia ini. Menghadapi serangan ini, Vita tidak tinggal diam, dia membalas seluruh pagutan-pagutan panasku dengan bergairah pula, saling memagut, saling merangsang, saling berdesah-desah nikmat, benar-benar membawaku ke alam lain yang tidk pernah kurasakan selama ini. Vita memang benar-benar profesional, tangannya dengan cepat mulai menyusup kebawah tubuhku, kemudian mulai mencari-cari sesuatu dibalik celanaku. Setalah menemukannya Vita mulai bermain-main dengan alat kejantananku, dengan meremas-remas, menggesek-gesekannya dengan tangannya, benar-benar membuat penisku ereksi secara sempurna. Setelah Vita mengetahui aku sedang dalam kondisi akan menuju kondisi puncak, Vita menawarkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kutolak, Vita menawarkan untuk membantuku bermasturbasi. "Vita keluarin yah Oom, pakai tangan. Tapi tambahin jigo yah (dua puluh lima ribu rupiah)," bisik Vita ditelingaku. Dalam keadaaan seperti ini mana mungkin aku bisa menolak. Aku terus beraksi. Ingin rasanya kureguk semua yang ada ditubuh gadis ini, Ruang mobil yang sempit tak mampu menghalangi lincahnya gerak-gerik kami. Tubuh Vita tampak sesekali menggelinjang, entah kegelian, entah nikmat, Begitu pula tubuhku. "Aduh, Vita. Aku bisa gila nih. Kita kehotel aja yuk?!" ajakku kalang-kabut. Tapi Vita menolak, meski dengan bayaran berapapun, Vita tetap tidak mau diajak check-in ke hotel. Justru beberapa waktu kemudian datang tawaran baru dari Vita, "Oom, Vita pakai oral yuk? Tapi..., tambahin Vita cepek (seratus ribu rupiah) lagi yah..." desah Vita dengan suara mesra, menggoda dan sekaligus menjanjikan. Wouhhh! bisikan itu datangnya tepat waktu, disaat aku sedang berada dititik dimana aku tak mungkin berhenti lagi, apalagi mundur. Aku hanya ingin terus maju, lagi, lagi,.. dan Vita benar-benar membawaku mencapai puncak-puncak kenikmatan, dengan mulutnya dan gerakan-gerakan tangannya yang begitu nikmatnya, Vita mulai meng-oral batangan penisku dengan lincahnya. Aku hanya bisa bernapas tertahan saat Vita memberikan kuluman-kuluman yang begitu nikmatnya, membawaku secara mantap menuju ke akhir puncak kenikmatan, tubuhku berkelejat-kelejat saat kurasakan spermaku akan muncrat dari penisku. Vita yang merasakan perubahan ini dengan cepatnya mendorong mulutnya kearah lebih dalam lagi, sehingga spermaku terlepas tepat dikerongkongannya, kulihat Vita masih santai-santai saja meskipun spermaku begitu banyaknya keluar didalam mulutnya. Rupanya Vita benar-benar sangat profesional, setelah akhir permainanpun Vita masih membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel pada penisku dengan menggunakan ujung lidahnya, dikulum-kulum kembali, sampai akhirnya batang penisku menciut kembali karena kelelahan yang amat sangat. Setelah ber-sex close up dengan Vita, aku pulang ke rumah dengan wajah manis seperti biasa, Cium pipi kiri-kanan istriku, lantas sambil tertawa kuangkat-angkat anakku. Ada perasaan berdosa menyelinap, Tapi esoknya, perasaan berdosa itu lenyap entah kemana, dan hangatnya service yang diberikan ABG close up itu menarikku kembali untuk mencari Vita dan gadis-gadis close up lainnya.
Share: