Kisahku Dengan Vita

Inilah kisahku. Suatu siang, jam istirahat kantor. Aku iseng ke Mal Kalibata, pusat perbelanjaan yang berdekatan dengan makam pahlawan itu. stelah memarkir mobil dipojokan tepat dibawah pohon yang rindang, aku melangkah masuk menelusuri deretan toko pakaian hendak menuju sebuah cafe yang ada disitu. Tapi, langkahku tertahan ketika melihat makhluk manis imut-imut didekat mulut tangga berjalan alias eskalator. Makhluk manis imut-imut itu adalah seorang gadis muda belia memakai rik biru seragam SMP, tapi kemejanya sudah diganti dengan T-shirt ketat. Sekilas, ia melirikku tepat ketika aku memandangnya. Tampak gadis belia itu tersenyum samar-samar. Aku membalas senyumannya. Dan, rugi bila aku tidak mendekatinya. Kuajak dia berkenalan dan ia menyebut namanya Vita, Setelah basa-basi singkat tapi akrab, Vita akhirnya mau kuajak menemaniku masuk ke cafe. Kami pun ngobrol ngalor-ngidul . Sesekali menyerempet pembicaraan seputar seks. Tapi Vita yang sebenarnya masih sangat belia (dari kartu pelajarnya, Vita baru kelas 3 SMP, berusia 15 tahun) begitu lincah memanuver pembicaraan mengenai urusan paling intim orang dewasa. Malah benar-benar kejutan yang aku harapkan, Vita mengajakku berintim-intim di mobil. "Close up aja, tapi gak boleh lebih" katanya. Vita menolak dengan tegas ketika aku menawarkan untuk mengajaknya ke hotel saja dengan bayaran yang lebih tinggi. Lalu terjadilah. Kami ke mobil. Di mobil, aku duduk dibelakang stir, sementara Vita mengambil tempat di jok sebelahku. Dan tanpa basa-basi Vita mulai menjalankan kewajibannya. Mula-mula ia memandangku dengan malu-malu dan tersenyum simpul. Akupun tersenyum, deg-deghan menunggu kejadian selanjutnya. Vita lalu melepaskan T-shirt yang membungkus ketat tubuhnya, melipat dengan rapi kaos itu dan ditaruh di jok belakang. Bahunya mulus tak tercela, lehernya jenjang. Dan setan belang, gumpalan kenyal didadanya tertampung bra bernomor 34B, Bra berwarna hitam itu mungkin nampak terlalu kecil, sehingga nampak begitu kewalahan menampung payudara gadis ini yang seakan-akan mau tumpah. Dan lekukan batas payudara kiri dan kanannya begitu nyata mengguratkan keindahan payudara seorang gadis secara sempurna. Lalu, ia berbalik, mengarahkan punggungnya kearahku, Aku menelan ludah, kerongkonganku terasa kering. Pandanganku membentur punggungnya yang putih mulus, kencang dan padat. Tubuh gadis remaja belasan tahun, memang jauh lebih segar dan sungguh menantang, menggetarkan seluruh ujung syaraf kelaki-lakianku. Lincah dan terampil, aku membantu melepaskan kaitan bra yang dikenakannya, Vita membantu melapaskan bra itu, meloloskan temalinya meliwati ketiak dan kemudian pengaman berbentuk tempurung kelapa itu dilemparkannya ke jok belakang. Sesaat kemudian, Vita kembali menghadap ke depan, lalu tangannya bergerak merebahkan jok yang didudukinya hingga miring menyentuh jok belakang. Dari samping, mataku langsung menangkap gundukan bukit lembut kuning langsat mulus semulus pualam yang bertengger menantang didadanya, dengan puncak sebentuk kacang hijau keras kemerahan. Tangannya masih sedikit menghalangi perhatianku. Tapi, ketika Vita merebahkan diri dan terlentang di jok yang sudah direbahkannya, semuanya tampak nyata dan jelas dimataku. Gundukan kembar itu mungkin terlalu besar untuk disebut bukit. Yang ini lebih pantas disebut sebagai gunung. Bentuknya terlalu indah, kencang dan keras menopang langit, dengan puncaknya yang memerah. Meski tampak sudah sempurna bentuknya, aku tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya kelak jika dia sudah mencapai kedewasaan kelak, yang pasti bentuk payudaranya kelak akan tampak lebih sempurna dari sekarang ini. Aku jadi setengah sadar dibuatnya, terbuai oleh keindahan dan kesempurnaan payudaranya yang tergelar dihadapan kedua mataku yang beruntung ini. Adakah pemandangan lain yang lebih menakjubkan didunia ini selain pemandangan yang kusaksikan sekarang ini? Aku sudah tak sabar untuk mengelusnya, menjamahnya, bahkan rasanya ingin kuremas atau kucium dengan gemasnya atau kalau bisa kutelan saja! Lebih-lebih ketika Vita meliuk-liukan tubuhnya sedemikian sensualnya saat berusaha membuka menggapai kancing dan ritsluiting roknya yang ada dibelakang. Kemudian dengan tatapan nakal menggoda, Vita mulai melorotkan secara perlahan-lahan roknya sambil menatap kemataku yang mulai nakal tak terkendali, kemudian Vita melemparkan roknya yang sudah terlepas ke jok belakang. Kemudian kedua belah kakinya yang indah ditekuk keatas, tampak Vita berusaha untuk melepaskan CD warna biru mudanya, dengan tak sabar aku menanti adegan ini dengan berdebar-debar, sampai akhirnya CDnya telah melorot lepas dari tubuhnya, dan kembali diletakkan di jok belakang mobilku. Saat ini aku benar-benar merasakan sebagai pria paling beruntung didunia, dihadapanku saat ini berbaring sebuah tubuh indah nan mempesona dari seorang gadis yang begitu belia. Tubuhnya yang padat dan sensual kini terpampang tanpa sehelai benangpun yang tersisa ditubuhnya. Duh, setan belang, keindahan yang begitu sempurna, menggetarkan, memabukkan, menghanyutkan. Aku begitu tertegun, terkesima, terpesona, oleh keindahan tubuh polos Vita yang sedang tersenyum malu-malu melihat aku yang sedang menikmati keindahan tubuhnya. Aku tidak bisa menahan diri lagi untuk segera menyerbunya dengan serangan-serangan bertubi-tubi baik dengan menggunakan mulutku ataupun kedua belah tanganku yang aktif bergerilya diseluruh lekuk-lekuk tubuhnya yang indah, semuanya sibuk seolah-olah hendak mereguk seluruh keindahan yang ada pada gadis belia ini. Menghadapi serangan ini, Vita tidak tinggal diam, dia membalas seluruh pagutan-pagutan panasku dengan bergairah pula, saling memagut, saling merangsang, saling berdesah-desah nikmat, benar-benar membawaku ke alam lain yang tidk pernah kurasakan selama ini. Vita memang benar-benar profesional, tangannya dengan cepat mulai menyusup kebawah tubuhku, kemudian mulai mencari-cari sesuatu dibalik celanaku. Setalah menemukannya Vita mulai bermain-main dengan alat kejantananku, dengan meremas-remas, menggesek-gesekannya dengan tangannya, benar-benar membuat penisku ereksi secara sempurna. Setelah Vita mengetahui aku sedang dalam kondisi akan menuju kondisi puncak, Vita menawarkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kutolak, Vita menawarkan untuk membantuku bermasturbasi. "Vita keluarin yah Oom, pakai tangan. Tapi tambahin jigo yah (dua puluh lima ribu rupiah)," bisik Vita ditelingaku. Dalam keadaaan seperti ini mana mungkin aku bisa menolak. Aku terus beraksi. Ingin rasanya kureguk semua yang ada ditubuh gadis ini, Ruang mobil yang sempit tak mampu menghalangi lincahnya gerak-gerik kami. Tubuh Vita tampak sesekali menggelinjang, entah kegelian, entah nikmat, Begitu pula tubuhku. "Aduh, Vita. Aku bisa gila nih. Kita kehotel aja yuk?!" ajakku kalang-kabut. Tapi Vita menolak, meski dengan bayaran berapapun, Vita tetap tidak mau diajak check-in ke hotel. Justru beberapa waktu kemudian datang tawaran baru dari Vita, "Oom, Vita pakai oral yuk? Tapi..., tambahin Vita cepek (seratus ribu rupiah) lagi yah..." desah Vita dengan suara mesra, menggoda dan sekaligus menjanjikan. Wouhhh! bisikan itu datangnya tepat waktu, disaat aku sedang berada dititik dimana aku tak mungkin berhenti lagi, apalagi mundur. Aku hanya ingin terus maju, lagi, lagi,.. dan Vita benar-benar membawaku mencapai puncak-puncak kenikmatan, dengan mulutnya dan gerakan-gerakan tangannya yang begitu nikmatnya, Vita mulai meng-oral batangan penisku dengan lincahnya. Aku hanya bisa bernapas tertahan saat Vita memberikan kuluman-kuluman yang begitu nikmatnya, membawaku secara mantap menuju ke akhir puncak kenikmatan, tubuhku berkelejat-kelejat saat kurasakan spermaku akan muncrat dari penisku. Vita yang merasakan perubahan ini dengan cepatnya mendorong mulutnya kearah lebih dalam lagi, sehingga spermaku terlepas tepat dikerongkongannya, kulihat Vita masih santai-santai saja meskipun spermaku begitu banyaknya keluar didalam mulutnya. Rupanya Vita benar-benar sangat profesional, setelah akhir permainanpun Vita masih membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel pada penisku dengan menggunakan ujung lidahnya, dikulum-kulum kembali, sampai akhirnya batang penisku menciut kembali karena kelelahan yang amat sangat. Setelah ber-sex close up dengan Vita, aku pulang ke rumah dengan wajah manis seperti biasa, Cium pipi kiri-kanan istriku, lantas sambil tertawa kuangkat-angkat anakku. Ada perasaan berdosa menyelinap, Tapi esoknya, perasaan berdosa itu lenyap entah kemana, dan hangatnya service yang diberikan ABG close up itu menarikku kembali untuk mencari Vita dan gadis-gadis close up lainnya.
Share:

Kisahku Dengan Fani

Inilah kisahku. Kuliah jam terakhir di kampus S di kawasan Jakarta Selatan baru saja berakhir. Jam menunjukkan pukul 18.00 dan hari pun mulai gelap. Vani, mahasiswi semester 4 fakultas Ekonomi dengan rambut sebahu berwarna brunette berjalan meninggalkan kampus menuju halte depan kampus. Sesampainya di halte, Vani merasa agar kurang nyaman. Mata para cowok penjual rokok dan si timer memelotinya seolah ingin menelanjanginya.

Tersadarlah Vani bahwa hari itu dia memakai pakaian yang sangat sexy. T-shirt putih lengan pendek dengan belahan rendah bertuliskan WANT THESE?, sehingga tokednya yang berukuran 36C seolah hendak melompat keluar, akibat hari itu Vani menggunakan BH ukuran 36B (sengaja, biar lebih nongol). Apalagi kulit Vani memang putih mulus. Di tambah rok jeans mini yang digunakannya saat itu, mempertontonkan kaki jenjang & paha mulusnya karena Vani memang cukup tinggi, 173cm.

"Buset, baru sadar gue kalo hari ini gue pake uniform sexy gue demi ngadepin ujiannya si Hutabarat, biar dia gak konsen", pikir Vani.

Biasanya Vani bila naik angkot menggunakan pakaian t-shirt atau kemeja yang lebih tertutup dan celana panjang jeans, demi menghindari tatapan dan ulah usil cowok-cowok di jalan. Siang tadi Vani ke kampus datang numpang mobil temannya, Angel. Tapi si Angel sudah pulang duluan karena kuliahnya lebih sedikit.

Vani tambah salah tingkah karena cowok-cowok di halte tersebut mulai agak berani ngliatin belahan tokednya yang nongol lebih dekat lagi. "Najis, berani amat sih nih cowok-cowok mlototin toked gw", membatin lagi si Vani. Vani menggunakan bukunya untuk menutupi dadanya, tapi mereka malah mengalihkan pandangan mesumnya ke pantat Vani yang memang bulat sekal dan menonjol.

Makin salah tingkahlah si Vani. Mau balik ke kampus, pasti sudah gelap dan orang sudah pada pulang. Mau tetap di halte nungguin angkot, gerah suasananya. Apalagi kalo naik bus yang pasti penuh sesak jam segini, Vani tidak kebayang tangan-tangan usil yang akan cari-cari kesempatan untuk menjamahi tubuhnya. Sudah kepikiran untuk naik taxi, tapi uang tidak ada. Jam segini di kos juga kosong, mau pinjam uang sama siapa bingung. Vani coba alternatif terakhir dengan menelpon Albert cowoknya atau si Angel atau Dessy teman2nya yang punya mobil, eh sialnya HP mereka pada off. "Buset, sial banget sih gue hari ini."

Mulailah celetukan mesum cowok-cowok di halte dimulai "Neng, susunya mau jatuh tuh, abang pegangin ya. Kasihan, pasti eneng keberatan hehe". Pias! Memerahlah muka Vani. Dipelototin si tukang ojek yang berani komentar, eh dianya malah balas makin pelototin toked si Vani. Makin jengahlah si Vani.

Tiba-tiba sebuah sedan BMW hitam berhenti tepat di depan Vani. Jendelanya terbuka, dan nongolah seraut wajah hitam manis berambut cepak sambil menyeringai, si Ethan. Cowok fakultas Ekonomi satu tahun di atas Vani, berkulit hitam, tinggi besar, hampir 180cm.
"Van, jualan lo disini? Hehe".Vani membalas
"Sialan lo, gue ga ada tumpangan neh, terpaksa tunggu bus. Than, anter gue ya" pinta Vani.

Vani sebenarnya enggan ikut bersama si Ethan karena dia terkenal suka main cewek. Tapi, dilihat dari kondisi sekarang, paling baik memang naik mobil si Ethan. Tapi si Ethan malah bilang "Wah sory Van, gue harus pergi jemput nyokap gue. Arahnya beda sama kosan elo". "Than, please anter gue ya. Ntar gw traktir deh lo" rajuk Vani. Sambil nyengir mesum Ethan berucap "Wah kalo ada bayarannya sih gue bisa pertimbangin". "Iya deh, ntar gue bayar" Vani asal ucap, yang penting bisa pergi segera dari halte tersebut. "Hehe sip" kata Ethan sambil membuka pintu untuk Vani. Vani masuk ke dalam mobil Ethan, diiringi oleh pandangan sebel para cowok-cowok di halte yang kehilangan santapan rohani.Mobil Ethan mulai menembus kemacetan ibu kota.

"Buset dah lo Van, sexy amat hari ini".
Kata Vani "Gue sengaja pake uniform andalan gue, karena hari ini ada ujian lisannya si Hutabarat, Akuntasi Biaya. Biar dia ga konsen, n kasi gw nilai bagus hehe".
"Gila lo, gue biarin bentar lagi, lo udh dient*tin sama tu abang-abang di halte haha" balas Ethan.
"Sial, enak aja lo ngomong Than" maki Vani.

Sambil mengerling ke Vani, Ethan berucap "Van, bayaran tumpangan ini, bayar sekarang aja ya". "Eh, gue bawa duit cuma dikit Than. Kapan2 deh gue bayarin bensin lo" balas Vani. "Sapa yang minta diduitin bensin, Non" jawab Ethan. "Trus lo mau apa? Traktir makan" tanya Vani bingung. "Ga. Ga perlu keluar duit kok. Tenang aja" ucap Ethan misterius. Semakin bingung si Vani. Sambil menggerak-gerakan tangan kirinya si Ethan berkata "Cukup lo puasin tangan kiri gue ini dengan megangin toked lo. Nepsong banget gue liatnya". Seringai mesum Ethan menghiasi wajahnya. Seperti disambar petir Vani kaget dan berteriak "BANGSAT LO THAN. LO PIKIR GUE CEWE APAAN!!". Pandangan tajam Vani pada wajah Ethan yang tetap cengar-cengir. "Yah terserah lo. Cuma sekenyot dua kenyot doang. Apa lo gue turunin disini" kata Ethan. Pada saat itu mereka telah sampai di daerah yang gelap dan banyak gubuk gelandangan. Vani jelas ogah. "Bisa makin runyam kalo gue turun disini. Bisa2 gue digangbang" Vani bergidik sambil melihat sekitarnya. "Ya biarlah si Ethan bisa seneng-seneng bentar nggranyangi toked gue. Itung-itung amal. Kampret juga si Ethan ini". Akhirnya Vani ngomong "Ya udah, cuma pegang susu gue doang kan. Jangan lama-lama" Vani ketus. "Ga kok Van, cuma sampe kos lo doang" kata Ethan penuh kemenangan. "Sialan, itu sih bisa setengah jam sendiri. Ya udhlah, biar cepet beres nih urusan sialan" pikir Vani.

Tangan kiri Ethan langsung terjulur meraih toked Vani sebelah kanan bagian atas yang menonjol dari balik t-shirtnya. Vani merasakan jari-jari kasar Ethan dikulit tokednya mulai membelai-belai pelan. Darah Vani agak berdesir ketika merasakan belaian itu mulai disertai remasan-remasan lembut pada toked kanan bagian atasnya. Sambil tetap menyetir, Ethan sesekali melirik ke sebelah menikmati muka Vani yang menegang karena sebal tokednya diremas-remas. Ethan sengaja jalanin mobil agak pelan, sementara Vani tidak sadar kalau laju mobil tidak secepat sebelumnya, karena konsen ke tangan Ethan yang mulai meremas-remas aktif secara bergiliran kedua bongkahan tokednya. 

Nafas Vani mulai agak memburu, tapi Vani masih bisa mengontrol pengaruh remasan-remasan tokednya pada nafsunya "Enak aja kalo gue sampe terangsang gara-gara ini" pikir Vani. Tapi Ethan lebih jago lagi, tiba-tiba jari-jarinya menyelusup kedalam t-shirt Vani, bahkan langsung masuk kedalam BH-nya yg satu ukuran lebih kecil. Toked Vani yang sebelah kanan terasa begitu penuh di telapak tangan Ethan yang sebenarnya lebar juga. "Ahh...!" Vani terpekik kaget karena manuver Ethan. "Hehe buset toked lo Van, gede banget. Kenyal lagi. Enak banget ngeremesinnya. Tangan gue aja ga cukup neh hehe" ujar Ethan penuh nafsu. 

Ethan melanjutkan gerakannya dengan menarik tangan kirinya beserta toked Vani keluar dari BH-nya. Toked sebelah kanan Vani kini nongol keluar dari wadahnya dan terekspos full. "Wuah..buset gedenya. Pentilnya juga gede neh. Sering diisep ya Van" kata Ethan vulgar. "Bangsat lo Than. Kok sampe gini segala" protes Vani berusaha mengembalikan tokednya kedalam BH-nya. Tangan Vani langsung ditahan oleh Ethan "Eh, inget janji lo. Gue boleh ngremesin toked lo. Mo didalam BH kek, di luar kek, terserah gue". Sambil cemberut Vani menurunkan tangannya. Penuh kemenangan, Ethan kembali menggarap toked Vani yang kini keluar semuanya.

Remasan-remasan lembut di pangkal toked, dilanjutkan dengan belaian memutar disekitar puting, membuat Vani semakin kehilangan kendali. Nafasnya mulai memburu lagi. Apalagi Ethan mulai memelintir-melintir puting Vani yang besar dan berwarna pink. Gerakan memilin-milin puting oleh jari-jari Ethan yang kasar memberikan sensasi geli dan nikmat yang mulai menjalari toked Vani. Perasaan nikmat itu mulai muncul juga disekitar selangkangan. Perasaan geli dan getaran-getara nikmat mulai menjalar dari bawah puser menuju ujung selangkangan Vani. "Ngehek nih cowok. Puting gue itu tempat paling sensitif gue. Harus bisa nahan!" membatin si Vani.

Tapi puting Vani yang mulai menegang dan membesar tidak bisa menipu Ethan yang berpengalaman. "Hehe mulai horny juga nih lonte. Rasain lo" pikir Ethan kesenangan. Karena berusaha menahan gairah yang semakin memuncak, Vani tidak sadar kalau Ethan sudah mengeluarkan kedua bongkah tokednya. Tangan kiri Ethan semakin ganas meremas-remas toked dan memilin-milih kedua puting Vani. Ucapan-ucapan mesum pun mulai mengalir dari Ethan "Nikmatin aja Van, remasan-remasan gue. Puting lo aja udh mulai ngaceng tuh. Ga usah ditahan birahi lo. Biarin aja mengalir. memek lo pasti udah mulai basah sekarang". Vani sebal mendengar ucapan-ucapan vulgar Ethan, tapi pada saat yang sama ucapan-ucapan tersebut seperti menghipnotis Vani untuk mengikuti libidonya yang semakin memuncak. Vani juga mulai merasakan bahwa celana dalamnya mulai lembab.

"Sial..memek gue mulai gatel. Gue biarin keluar dulu kali, biar gue bisa jadi agak tenangan. Jadi habis itu, gue bisa nanganin birahi gue walopun si Ethan masih ngremesin toked gue" pikir Vani yang mulai susah menahan birahinya. Berpikir seperti itu, Vani melonggarkan pertahanannya, membiarkan rasa gatal yang mulai menjalari memeknya menguat. Efeknya langsung terasa. Semakin Ethan mengobok-ngobok tokednya, rasa gatal di memek Vani semakin memuncak. "BUSETT. Cuma diremes-remes toked gue, gue udah mo keluar". Vani menggigit bibir bawahnya agar tidak mendesah, ketika kenikmatan semakin menggila di bibir memeknya. Ethan yang sudah memperhatikan dari tadi bahwa Vani terbawa oleh birahinya, semakin semangat menggarap toked Vani.

Ketika melihat urat leher Vani menegang tanda menahan rasa yang akan meledak di bawahnya, jari telunjuk dan jempol Ethan menjepit kedua puting Vani dan menarik agak keras kedepan. Rasa sakit mendadak di putingnya, membawa efek besar pada rasa gatal yang memuncak di memiaw Vani. Kedua tangan Vani meremas jok kuat-kuat, dan keluar lenguhan tertahan Vani "Hmmmffhhhhhhh….". Pada saat itu, memek Vani langsung banjir oleh cairan pejunya. Pantat Vani mengangkat dan tergoyang-goyang tidak kuat menahan arus orgasmenya. "Oh..oh..hmmffhh" Vani masih berusaha menahan agar suaranya tidak keluar semua, tapi sia-sia saja. Karena Ethan sudah melihat bagaimana Vani orgasme, keenakan karena tokednya dipermainkan. "Hahaha dasar lonte lo Van. Sok ga suka. Tapi keluarnya sampe kelonjotan gitu" Ngakak Ethan penuh kemenangan.

Nafas Vani masih tidak beraturan, dan agak terbungkuk-bungkuk karena nikmatnya gelombang orgasme barusan. "Kampret lo Than" maki Vani perlahan. "Lo boleh seneng sekarang. Tapi berikut ga bakalan gue keluar lagi. Gue udah ga horny lagi" tambah Vani yang berpikir setelah dipuasin sekali maka libidonya akan turun. Tapi, ternyata inilah kesalahan terbesarnya. Beberapa saat setelah memeknya merasakan orgasme sekali, sekarang malah semakin berkedut-kedut, makin gatal rasanya ingin digesek-gesek. "Lho, kok memek gue makin gatel. Berkedut-kedut lagi. Aduuuh..gue pengen memek gue dikontolin sekaraangg..siaall.." sesal Vani dalam hati. Ethan seperti tahu apa yang berkecamuk dalam diri (dan memek) Vani. Walaupun Vani bilang dia tidak horny lagi, tapi nafasnya yang memburu dan putingnya yang semakin ngaceng mengatakan lain. Ethan menghentikan mobilnya mendadak di pinggir jalan bersemak yang memang sangat sepi, dan tangannya langsung bergerak ke setelan kursi Vani.

Tangan satunya langsung menekan kursi Vani agar tertidur. Vani yang masih memakai seatbealt, langsung ikut terlentang bersama kursi. "EEHHH...APA-APAAN LO THAN??" Teriak Vani. Tidak peduli teriakan Vani, tangan kiri Ethan langsung meremas toked Vani lagi, sedang tangan kanannya langsung meremas memek Vani. "OOUUHHHH..........!!" lenguh Vani keras, karena tidak menyangka memeknya yang semakin gatel dan berkedut-kedut keras akan langsung merasakan gesekan, bahkan remasan. Akibatnya, Vani langsung orgasme untuk kedua kalinya. Ethan tidak tinggal diam, ketika badan Vani masih mengejang-ngejang, jari-jarinya menggesek-gesek permukaan celana dalam Vani kuat-kuat. Akibatnya, gelombang orgasme Vani terjadi terus-menerus.

"Oouuuhh...Aghhhh...Ouhhhhhhhhhh Ethaannnnn...!! Teriak Vani makin keras karena kenikmatan mendadak yang menyerang seluruh selangkangan dan tubuhnya. Kedua tangan Vani semakin kuat meremas jok, mata memejam erat dan urat-urat leher menonjol akibat kenikmatan yang melandanya. Ketika gelombang orgasme mulai berlalu, Vani mulai membuka matanya dan mengatur pernafasannya. Rasanya jengah banget karena keluar begitu hebatnya di depan si Ethan. "Aseem, napa gue keluar sampe kaya gitu sih. Bikin tengsin aja. Tapi, emang enak banget. Udah semingguan gue ga ngentot" batin Vani.

Saat Vani masih enjoy rasa nikmat yang masih tersisa, Ethan sudah bergerak di atas Vani, mengangkat t-shirt Vani serta menurunkan BH-nya kekecilan sehingga toked Vani yang bulat besar terpampang jelas di depan hidung Ethan. Tersenyum puas dan napsu banget Ethan berucap "Gilaa..toked lo Van. Gede banget, mengkal lagi. Harus gue puas-puasin ngenyotinnya ni malem". Ethan langsung menyergap kedua toked Vani yang putingnya masih mengacung tegak. Mulutnya mengenyot toked yang sebelah kanan, sambil tangan kanannya meremas-remas & memilin-milin puting yang sebelah kiri. Diisap-isap, lidah Ethan juga piawai menjilat-jilat dan memainkan kedua puting Vani. Gigitan-gigitan kecil dipadu remasan-remasan gemas jemari Ethan, membuat Vani terpekik "Ehhgghh ahh.. ahh.. Ehhtanhnn.. kahtanya.. kahtanya cuma pegang-pegang..kok.. kok sekarangg.. loh ngeyotin tohked guehh...ahh..ahh.." kata Vani sambil tersengal-sengal nahan birahi yang naik lagi akibat rangsangan intensif di kedua tokednya. Ethan sudah tidak ambil pusing "Hajar bleh. Kapan lagi gue bisa nikmatin toked kaya gini bagusnya".


Sekarang kedua tangan Ethan menekan kedua toked Vani ketengah, sehingga kedua putingnya saling mendekat. Kedua puting Vani langsung dikenyot, dihisap & dimainin oleh lidah Ethan. Sensasinya luar biasa, Vani semakin terhanyut oleh birahinya. Desahan pelan tertahan mulai keluar dari bibir ranum Vani. Lidah Ethan mulai turun menyusuri perut Vani yang putih rata, berputar-putar sejenak di pusernya. Tangan kanan Ethan aktif membelai-belai dan meremas paha bagian dalam Vani. "Aah..ah.. emhh.. emh..Than.. lo ngapahin sihh.." keluh Vani tak jelas. Dengan sigap Ethan menyingkap rok mini Vani tinggi-tinggi. Memperlihatkan mini panty La Senza Vani berwarna merah. Agak transparan, dibantu cahaya lampu jalan samar-samar memperlihatkan isinya yang menggembung montok. Jembi Vani yang tipis terlihat hanya diatas saja, dengan alur jembi ke arah pusernya. "Buseett..sexxyy bangett.. bikin konak gue ampir ga ketahan." syukur Ethan dalam hati. 

Tanpa babibu lagi jari-jari Ethan langsung menekan belahan memiek Vani, dan Ethan langsung mengetahui betapa horny-nya Vani "Wah Van, memek lo udah becek banget neh. Panty lo aja ampe njeplak gini hehe". Vani cuma bisa menggeleng-geleng lemah, sambil tetap menggigit bibir bawahnya, karena jemari Ethan menenekan dan menggesek-gesek memeknya dari atas panty. "Thaan..than..singkirinn tangan lo doong....emh..emh.." keluh Vani perlahan, tapi matanya memejam dan gelengannya semakin cepat. "Wah, harus cepat gw beri teknik lidah gue neh, biar si Vani makin konak hehe" pikir Ethan napsu. 

Cepat Ethan ambil posisi di depan selangkangan Vani yang terbuka. Kursi Vani dimundurkan agar beri ruang cukup untuk manuver barunya. Paha Vani dibuka semakin lebar, dan Vani nurut saja. Jemari Ethan meraup panty mungil Vani, dan membejeknya jadi bentuk seperti seutas tali sehingga masuk kedalam belahan memek Vani. Ethan mulai menggesek-gesekkan panty Vani ke belahan memiawnya dengan gerakan naik turun dan kiri kanan yang semakin cepat. "Aah.. aahh...ehmm..ehhmm.. uuh.. hapaan itu Etthann ahh..." desah Vani keenakan, karena gesekan panty tersebut menggesek-gesek bibir dalam memeknya sekaligus clitorisnya. Ethan juga semakin konak melihat memek Vani yang terpampang jelas.
Dua gundukan tembem seperti bakpau, mulus tanpa ada jembi di sekelilingnya, cuma ada dibagian atasnya saja. 

"Van, memek lo ternyata mantap & montok banget. Pasti enak kalo gue makan neh. Apalagi sampe gue genjot nanti hehe" ujar Ethan penuh nafsu. Panty Vani dipinggirkan sehingga lidah Ethan dengan mudah mulai menjilati bibir memiaw Vani. Tapi sebentar saja Ethan tidak betah dengan panty yang mengesek pipinya. Langsung diangkatnya pantat Vani, dan dipelorotkan panty-nya. 

Kini antara Ethan dan memek Vani yang tembem dan mulus, sudah tidak ada penghalang apa-apa lagi. Ethan langsung menyosorkan mulutnya untuk mulai melumat bakpao montok itu. Tapi, Vani yang tiba-tiba memperoleh kesadarannya, karena ada jeda sesaat ketika Ethan melepaskan pantynya, berusaha menahan kepala Ethan dengan kedua tanggannya. "Gila lo Than, mo ngapain lo?? Jangan kurang ajar ya. Bukan gini perjanjian kita!" ujar Vani agak keras. Tapi kedua tangan Vani dengan mudah disingkirkan oleh tangan kiri Ethan, dan tanpa dapat dicegah lagi mulut Ethan langsung mencaplok memek Vani. Ethan melumatnya dengan gemas, sambil sekali lidah menyapu-nyapu clitoris dan menusuk-nusuk kedalam memiaw. Bunyi kecipakan ludah dan peju Vani terdengar jelas. Konak Vani yang sempat turun, langsung naik lagi ke voltase tinggi. Kepala Vani mengangkat dan dari bibirnya yang sexy keluar lenguhan agak keras.

"Ouuuffhhh....eeahh...ah..ah lo apain mehmmek gue Thann.." erang Vani nyaris setengah sadar. 

Rasa gatal yang hebat menyeruak dari sekitar selangkangannya menuju bibir-bibir memeknya. Rasa gatal itu mendapatkan pemuasannya dari lumatan bibir, jilatan lidah dan gigitan kecil Ethan. Tapi, semakin Ethan beringas mengobok-obok memek Vani dengan mulut, dibantu dengan ketiga jarinya yang mengocok lubang memek Vani, rasa gatal nikmat itu malah semakin hebat. Vani sudah tidak dapat membendung konaknya sehingga desahan dan erangannya sudah berubah menjadi lenguhan.

" OUUHHHHG..... HMMPPHH... ARRGGHH.. HAHHH.. OUHHH..". 

Kepala Vani menggeleng ke kiri dan kanan dengan hebatnya. Kedua tangannya menekan kepala Ethan semakin dalam ke selangkangannya. Pantatnya naik turun tidak kuat menahan rangsangan yang langsung menyentuh titik tersensitif Vani. Rasa ogah & jaim sudah hilang sama sekali. Yang ada hanya kebutuhan untuk dipuaskan. 

"ETHAANN...GILLAA... HOUUUHHH.. ENAAKK.... THANN...AHHH" Vani semakin keenakan. 

Ethan yang sedang mengobok-obok memek Vani semakin semangat karena memek Vani sudah betul-betul banjir. Peju dan cairan pelumas Vani membanjir di mulut dan jok mobil Ethan. Jempol kiri Ethan menggesek-gesek clitoris Vani, sedang jari-jari Ethan mengocok-ngocok lubang memek dan G-spot Vani dengan cepat. "Heh, ternyata lo lonte juga ya Van. Mulut lo bilang nggak-nggak mulu. Tapi memek lo banjir kaya gini. Becek banget" kata Ethan dengan semangat sambil tetap ngocok memiaw Vani. 

Dalam beberapa kocokan saja Vani sudah mulai merasakan bahwa gelombang orgasme sudah diujung memeknya. Ketika Ethan melihat mata Vani yang mulai merem melek, otot-otot tangan mulai mengejang sambil meremas jok mobil kuat-kuat dan pantat Vani yang mulai mengangkat, Ethan tau bahwa Vani akan sampai klimaksnya. Langsung saja Ethan menghentikan seluruh aktivitasnya di wilayah selangkangan Vani. Vani jelas saja langsung blingsatan " Ah..ah napa brentii..." sambil tangannya mencoba mengocok memeknya sendiri. Ethan dengan tanggap menangkap tangan Vani, dan berujar "Lo mau dituntasin?". Vani merajuk "Hiyah.. Than.. gue udah konak banggett nih. Pleasee.. kocokin lagi gue ya". "Kalo gitu lo nungging sekarang" kata Ethan sambil menidurkan kursi sopir agar lebih lapang lagi dan ada pijakan buat Vani nungging. "Napa harus nungging Than" Vani masih merajuk dan tangannya masih berusaha untuk menjamah memeknya sendiri. "Ayo, jangan bantah lagi" kata Ethan sambil mengangkat pantat Vani agar segera menungging.

Vani dengan patuh menaruh kedua tangannya di jok belakang, dengan kedua lutut berada di jok depan yang sudah ditidurkan. Posisi yang sangat merangsang Ethan, demi melihat bongkahan pantat yang bulat, dan memek tembem yang nongol mesum di bawahnya. 

Cepat Ethan melepas sabuk dan celana panjangnya, lalu meloloskan celana dalamnya. Langsung saja kontol hitam berurat sepanjang 17cm dan berdiameter 4.5cm itu melompat tegak mengacung, mengangguk-ngangguk siap untuk bertempur. Vani yang mendengar suara-suara melepas celana di belakangnya, menengok dan langsung kaget melihat kontol Ethan sudah teracung dengan gagahnya. 

"Buset, gede juga tu kontol, hampir sama dg punya Albert" pikir Vani reflek. 
"Eh, lo mo ngontolin gue Than. Enak aja!" teriak Vani dan mencoba untuk membalik badan. 

Tapi Ethan lebih cepat lagi langsung menindih punggung Vani, sehingga Vani harus bertelekan lagi dengan kedua sikunya ke jok belakang. Ethan menggerakkan maju mundur pantatnya sehingga kontolnya yang ngaceng, menggesek-gesek bibir memek Vani. "Sshh...Than...mmhh.. jangan macem-macem lo ya!" ujar Vani masih berupaya galak, tidak mau dikentot oleh Ethan. 

Kedua tangan Ethan meraih kedua toked besar Vani yang menggantung dan meremas-remasnya dengan ganas. Sambil menciumi dan menggigit tengkuk Vani, Ethan berkata "Udah deh, lo ga usah sok ga doyan kontol gitu. Kan lo yang mau dituntasin. Ini gue tuntasin sekalian dengan kontol gue. Lebih mantep timbang cuma jari & lidah hehe". Remasan & pilinan di kedua toket dan serbuan di tengkuk dan telinga membuat gairah Vani mulai naik lagi. Nafas Vani mulai memburu. Tapi Vani masih mencoba untuk bertahan. Namun, gesekan kontol yang makin intense di bibir memek Vani, betul-betul membuat pertahanan Vani makin goyah. Kepalanya mulai terasa ringan, dan rasa gatal kembali menyerang memeknya dengan hebat. 

"Hmffh...shh...awas lo Than kalo sampe hhemm.. sampe berani masukin kontol lo, lo bakal gue..hmff..gue....OUUHHHHH" omongan Vani terputus lenguhannya, karena tiba-tiba Ethan mengarahkan pal-kon nya ke lubang memek Vani yang sudah basah kuyup dan langsung mendorongnya masuk, hingga kepala kontol Ethan yang besar kaya jamur merah amblas dalam memek tembem Vani, sehingga ada peju Vani yang muncrat keluar.

"Hah..hah...shhh...brengsek lo Ethannn. kontol lo...kontol lo...itu mo masuk ke memek guee..." erang Vani kebingungan, antara gengsi dan birahi. Ethan diam saja, tapi memajukan lagi pantatnya sehingga tongkolnya yang besar masuk sekitar 2 cm lagi, tapi kemudian ditarik perlahan keluar lagi sambil membawa cairan pelumas memek Vani. Sekarang pantat Ethan maju mundur perlahan, mengocok memiaw Vani tapi tidak dalam-dalam, hanya dengan pal-konnya aja. Tapi, hal ini malah membuat Vani blingsatan, keenakan.

"HMFPHH....HEEMMFFHH...SSHH AAHH...Ethannn kontol lo... kontol lo... ngocokin memek guee....hhmmmff". Rasa gatal yang mengumpul di memek Vani, serasa digaruk-garuk dengan enaknya. Vani yang semula tidak mau dikontolin, jadi kepengen dikocok terus oleh kontol Ethan. 

Kata Ethan "Jadi mau lo gimana? Gue stop neh". Ethan langsung mencabut kontolnya, dan hanya menggesek-gesekkan di bibir memek Vani. "Ethaan...pleasee.. kentot gue. Masukin kontol lo ke memek gue. Gue udah ga tahan gatelnya..gue pengen dikenttooott!!!" rengek Vani sambil menggoyang-goyangkua pinggulnya, berusaha memundurkan pantatnya agar kontol Ethan yang dibibir memeknya bisa masuk lagi. 

"Hahahaha sudah gue duga, elo emang lonte horny Van. Dari tampang & body elo aja gue tau, kalo elo itu haus tongkol" tawa Ethan penuh kemenangan. "Ayo buka paha lebih lebar lagi" perintah Ethan. Vani langsung menurutinya, membuka pahanya lebih lebar sehingga memeknya makin terpampang. Ethan tanpa tedeng aling-aling langsung menusukkan kontolnya kuat-kuat ke memek Vani. Dan...BLESHH...seluruh tongkol hitam itu ditelan oleh memek montok Vani. Air peju Vani terciprat keluar akibat tekanan tiba-tiba benda tumpul besar. 

"AUUGGHHHH............!!!" pekik Vani yang kaget dan kesakitan.

"Hehehe gimana rasa kontol gue Van" kekeh Ethan yang sedang menikmati hangat dan basahnya memek Vani. Vani masih shock dan agak tersengal-sengal berusaha menyesuaikan diri dengan benda besar yang sekarang menyesaki liang memeknya. "Buseet..tebel banget nih kontol, memek gue penuh banget, keganjel. Mo buka paha lebih lebar lagi udah ga bisa.. mhhmff" erang Vani dalam hati. Karena Vani diam saja, hanya nafasnya saja yang terdengar memburu. 

Ethan mulai menarik keluar kontolnya sampai setengahnya, kemudian mendorongnya masuk lagi. Demikian terus menerus dengan ritme yang tepat. "Hehh..heh...mmm legit banget memek lo Vannn.." desah Ethan keenakan ngentotin memek Vani yang peret tapi basah itu. Hanya butuh tiga kocokan, Vani mulai didera rasa konak dan kenikmatan yang luar biasa. Menjalari seluruh tangan, pundak, tokednya, sampai selangkangan dan seluruh memeknya. Rasa gatal yang sangat digemari oleh Vani seperti mengumpul dan menjadi berkali lipat gatalnya di memeke Vani. Vani sudah tidak mendesah lagi, tapi melenguh dengan hebat. Hilang sudah gengsi, tinggal rasa konak yang dahsyat. 

"UUHHHHH.....UHHH......OUUHHGGGG... ENNAAKKNYAA...". 
"OH GODD..memek GUE...memek GUE.." 
Vani terbata-bata disela lenguhannya yang memenuhi mobil..
"memek GUE..GATELLL BANGETT....KENTTOOTTT GUE TTHANN...ARGGHH..." 

Lenguhan Vani semakin keras dan omongan vulgar keluar semua dari bibir sexy-nya. Kepalan tangan Vani menggegam keras, kepalanya menggeleng semakin cepat, pinggulnya bergerak heboh berusaha menikmati seluruh kontol Ethan. Ethan pun terbawa napsunya yang sudah diubun-ubun. Tangannya meremas-remas toked Vani tanpa henti dengan kasarnya, dan Ethan sudah tidak menciumi pundak & tengkuk Vani, melainkan menggigitnya meninggalkan bekas-bekas merah. Pantatnya bergerak maju mundur dengan ritme yang berantakan, cepat lalu perlahan, kemudian cepat lagi, membuat kontol Ethan mengocok memek Vani seperti kesetanan. 

Bunyi pejuh Vani yang semakin membanjir menambah nafsu mereka berdua semakin menggila. SLEPP..SLEPP..SLEPP..PLAK..PLAK...suara kontol yang keluar masuk memek dan benturan pantat Vani dengan pangkal kontol Ethan terdengar di sela-sela lenguhan Vani & Ethan. Tak sampai 10 menit Vani merasakan aliran darah seluruh tubuhnya mengalir ke memeknya. Rasa gatal sepertinya meruncing dan semakin memuncak di tempat-tempat yang dikocok oleh tongkol Ethan. 

"GUEE KELUAARRRR THANNN......OUUUHHHHHHHHH....AHHHHHHH..." teriak Vani melampiaskan rasa nikmat yang tiba-tiba meledak dari memeknya. Ethan merasakan semburan hangat pada tongkolnya dari dalam memek Vani. Karena Ethan tetap mengocokkan kontolnya, bahkan lebih cepat ketika Vani mencapai klimaksnya, Vani bukan saja dilanda satu orgasme, melainkan beberapa orgasme sekaligus bertubi-tubi. 

"OAHHH...OHHH....UUUHH..KOK..KOK.. KLUAR TERUSSS NIIIHHH..." erang Vani dalam klimaksnya yang berkali-kali sekaligus. Hal ini membuat Vani berada dalam kondisi extacy dalam 30 detik lamanya. Badan Vani berkelonjotan, air pejunya muncrat keluar dari dalam memeknya. "Gilaa..enak bener than... gue sampe keluar berkali-kali" ujar Vani agak bergetar karena Ethan masih dengan nafsunya mompain memek Vani. "Hehehe demen banget liat lo keluar kaya gitu Van. Betul-betul nafsuin. Tapi ini baru setengah jalan. Gue bikin lo lebih kelonjotan lagi. Gue kentot lo sampai peju lo keluar semua" kata Ethan. 

Vani hanya bisa merutuk dalam hati, karena memang dia merasa keenakan dientot Ethan dengan cara sekasar itu. Kemudian Ethan membalik tubuh Vani agar terlentang dan bersandar di jok belakang. Kedua kaki Vani diangkat dan mengangkang lebar sehingga Ethan bisa dengan jelas melihat memek Vani yang chubby itu berleleran dengan peju Vani. "Than, udahan dulu ya. Gue lemes banget" Vani terengah-engah minta time-out. Tapi bukan Ethan namanya kalo nurutin kemauan si cewek. Bagi Ethan, si cewek harus digenjot terus sampai betul-betul lemes, baru disitu si cewek dapat klimaksnya yang paling hebat. Tidak pedulian rengekan Vani, Ethan langsung mengarahkan kontolnya ke memek Vani yang menganga, dan langsung BLEESHH..!! Dengan mudahnya memek Vani menelan kontol Ethan.




Hmmffpp..sshiitt.." Vani cuma bisa mengumpat perlahan karena tiba-tiba saja (lagi) kontol Ethan sudah amblas kedalam memeknya. Ethan langsung menggenjot Vani dengan kecepatan tinggi. SLLEPP...SLEEPP... SLLEPPP...SLEPP.... kontol Ethan keluar masuk memek Vani dengan cepat. Vani yang sudah lemes dan kehabisa energy, tiba-tiba mulai merasakan sensasi horny lagi. "Oh shit..gue kok horny lagi. Lagi-lagi memek gue minta digaruk shhhh.." mengumpat Vani dalam hati. Ethan yang kini berhadapan dengan Vani, bisa melihat perubahan mimik muka Vani yang dari lemes dan ogah-ogahan, menjadi mimik orang keenakan dan horny abis. "Hehehe gue kata juga apa. Elo memang harus dikentot terus, dasar memek lonte" ujar Ethan sambil terus memompa memek Vani. Kedua tangan Ethan kini bertelekan di toked Vani, dan meremasnya seperti meremas balon. 

"AAHH...AHH...AHH..EEMMPPHH....EKKHH...." erang Vani yang merem melek keenakan dientot. Kali ini tidak sampai 5 menit, seluruh otot tubuh Vani sudah mengejang. Kedua tangan Vani memeluk dan mencakar punggung Ethan kuat-kuat. Lenguhan yang keluar dari mulut Vani semakin keras. 

"HOUUUHH....HOOOHH....UUUGGHHH...ENNAAKKKKK..TERUS SS THANN.... GENJOTTT TERUSS.... GUE AMPIIRR NEEHHH........".
"Woe, lonte, lo udah mo keluar lagi? Tunggu gue napa" damprat Ethan tapi tetapi malah mempercepat genjotannya. Tanpa dapat dihalangi lagi, memek Vani kembali berkedut-kedut keras dan meremas-remas kontol Ethan yang berada didalamnya. Diiringi pekikan keras, Vani mencapai klimaksnya yang kesekian.

"AAGGGHHHHHHHHHHHHH....................GUE KLUUAARRR ........". 

Vani merasakan gelombang kenikmatan yang luar biasa itu lagi, dan seluruh tulangnya serasa diloloskan. "Hhhh.....enak bangetttttt. Lemes banget gue" membatin si Vani. Melihat Vani yang sudah keluar lagi, kali si Ethan agak kesal karena dia sebenernya juga sudah hampir keluar. Tapi kalo si cewek sudah nggak binal lagi, si Ethan merasa kurang puas. "Sialan, lo Van. Main keluar aja lo. Kalo gitu gue entot diluar aja lo. Di sini sempit banget".

Maka Ethan langsung membuka pintu mobil, keluar dan menarik Vani keluar. "Eh..eh.. apa-apaan ni Than. Gue mo dibawa kemana?" tanya Vani lemes. "Kaki gue lemes banget Than, susah banget berdiri" tambah Vani. Ethan langsung bopong Vani keluar dari mobil. Langsung dibawa kedepan mobil. Lantas badan Vani ditenkurapkan di kap depan BMW-nya.

Posisinya betul-betul merangsang. Pinggang ke atas tengkuran di kap mobil, dengan kedua tangan terpentang. Kedua kaki Vani yang lemes menjejak tanah, dibuka lebar-lebar pahanya oleh Ethan. Vani jengah sekali karena kini dia bugil di tempat terbuka. Siapa saja bisa melihat mereka. "Than, balik dalam lagi aja yuk" ujar Vani sambil berupaya berdiri. Tapi dengan kuatnya tangan Ethan menahan punggung Vani agar tetap tengkurap di kap mobil, sehinggu pantatnya tetap nungging. "Kan gue udah bilang, gue bakal kentotin lo sampai habis peju lo Van" ujar Ethan yang nafsunya makin berkobar melihat posisi Vani. 

Hawa dingin malam malah membuat Ethan merasa energinya kembali lagi. Kedua tangan Ethan meremas bongkahan semok pantat Vani, dan membukanya sehingga memek Vani yang masih berleleran peju ikut membuka. Ethan langsung melesakkan kontolnya dalam-dalam ke memek Vani. "AHHHH..." pekik Vani tertahan. 

Kali ini Ethan betul-betul seperti kesetanan. Tidak ada gigi 1, atau 2, bahkan 3. Langsung ke gigi 4 dan 5. Genjotan maju mundurnya dilakukannya sangat cepat, dan ketika menusukkan tongkolnya dilakukan dengan penuh tenaga. PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK..bunyi pantat Vani yang beradu dengan badan Ethan semakin keras terdengar. "GILAA...ENAKKK BANGET NIH memekKK....." Ethan mengerang keenakan. 

Tangannya mencengkram pantat Vani kuat-kuat, dan kepala Ethan mendongak ke atas, keenakan. Vani yang mula-mula kesakitan, mulai terangsang lagi. Entah karena kocokan Ethan, atau karena sensasi ngentot di areal terbuka seperti ini. Perasaan seperti dilihat orang, membuat memek Vani berkedut-kedut dan gatel lagi. Maka lenguhannya pun kembali terdengar.

"OUUHHH....HHHMMFFPPPPP....OHHH..UOOHH...ENAK..ENA K..ENAAKKK...." Vani meceracau.

Mendengar lenguhan Vani, Ethan tambah nafsu lagi "Ooo.. lo demen ya dikentot kasar gini ya Van..Gue tambahin lagi kalo gitu" kata Ethan dengan nafas memburu. Jari-jari Ethan tetap mencengkram bongkahan montok pantat Vani, tapi bedanya kedua jari jempolnya dilesakkan kedalam lubang pantatnya. Dan digerakkan berputar-putar didalamnya. Lubang pantat Vani adalah juga merupakan titik sensitif bagi Vani, sehingga mendatangkan sensasi baru lagi. Apalagi 2 jari jempol yang langsung mengobok-oboknya. Vani makin blingsatan dan makin heboh lenguhannya. 

"GILAA LO THAN...UUHHHHHH.. UHH..UHH.. OUUUUUUHHHHHHH.....! 

Vani sudah tidak bisa berkata-kata lagi, cuma lenguhan yang kluar dari mulutnya. Ethan tidak sadar bahwa setelah hampir 10 menit mengocok Vani dari belakang, Vani sudah dua kali keluar lagi. Vani yang sudah agak lewat sensasi orgasmenya, mulai menyadari bahwa gerakan Ethan mulai tidak beraturan dan tongkolnya jadi membesar. "Oh shit, Ethan mo keluar. Pasti dia pengen nyemprot dalam memek gue. Harus gue cegah" pikir Vani panik. Tapi, pikiran tinggal pikiran. Badan Vani tidak mau diajak kerja sama. Mulutnya meneriakkan "THAAN, JANGAN NGECRET DIDALLAMM....PLEASEE!!!". Tapi Ethan yang memang sudah berniat menyemprotkan pejunya dalam memek Vani, malah semakin semakin semangat menggenjot dalam-dalam memek Vani. Vani sendiri karena memeknya semakin disesaki oleh kontol Ethan yang membesar karena hendak ngecret, jadi terangsang lagi dan langsung hendak ngecret juga. 

Maka, ketika Ethan mencapai klimaksnya, tangannya mencengkram pantat Vani kuat-kuat, dan kontolnya ditekan dalam-dalam dalam memek Vani, Ethan meraung keras. "HMMUUUUAHHHHH....AAHHHH" cairan peju hangat Ethan menyemprot berkali-kali dalam liang memek Vani. Vani pun bereteriak keras " OUUUAAHHHH....GUE KELUARRRRR...." dan pejunya pun ikut muncrat lagi. 

Kedua mahluk lain jenis itu berkelonjotan menikmati setiap tetes peju yang mereka keluarkan. Cairan peju Ethan dan Vani berleleran keluar dari sela-sela jepitan kontol & memek Vani. Banyak sekali cairan yang keluar meleleh dari memek Vani turun ke pahanya. 

Ethan puas sekali bisa menembakkan pejunya dalam memek cewek sesexy Vani. Apalagi si Vani ikutan keluar juga. "Komplet dah" pikir Ethan. Karena lemas, Ethan ikut tengkurap, menindih tubuh Vani di atas kap mobil. kontolnya yang mulai mengecil, masih dibiarkan di dalam memek Vani. Sedang Vani sendiri, masih memejamkan mata menikmati setiap sensasi extasy kenikmatan orgasme yang masih menjalarinya seluruh tubuhnya. Belum pernah ia ngentot sampai keluar lebih dari 4 kali seperti ini. Apalagi sebelumnya dia sempat menolak. Rasa tengsin dan malu mulai menjalar lagi, setelah gelombang kenikmatan orgasmenya memudar. 

Ethan yang masih menindihnya berkata "Hehehe enak kan. Gue demen banget ngentot sama lo Van. Betul-betul binal & liar. Memek lo ga ada matinya, nyemprot peju mulu" kata Ethan seenaknya. Vani cuma bisa diam dan ngedumel dalam hati. "Udah, bangun lo. Anter gue pulang sekarang. Berlebih banget nih gue bayarnya" ujar Vani ketus. "Heheh ok..ok gue udah dapet apa yang gue mau. Sekarang gue anter lo pulang" balas Ethan. 

Ethan pun bangun dari punggung Vani dan beranjak ke pintu mobil dan mulai memakai pakaian dan celananya. Tapi kemudian dia heran, kok si Vani masih tengkurapan aja di kap mobil. "Hei, katanya mo pulang. Kok masih tengkurapan aja" tanya Ethan. Vani tidak menjawab, hanya terdenger dengusan nafas saja. Ketika Ethan menghampiri, terlihatlah betapa merahnya muka Vani, karena menahan malu. "Than, bantuin gue bangun dong. Kaki gue lemes banget. Selangkangan gue rasanya kaya masih ada yang ngganjel" ujar Vani malu-malu. "Hahaha...KO juga lo ya, cewe paling bahenol di kampus" tawa Ethan membahana. Bertambahlah merahlah muka si Vani. Ketika mau bopong Vani, tiba-tiba pikiran mesum Ethan keluar lagi. Dikeluarkanlah HP-nya yang berkamera. Ethan ambil beberapa shot posisi Vani yang mesum banget itu plus dua close up memek Vani yang berleleran peju. 

Karena Vani memejamkan mata untuk mengatur nafas, dia tidak sadar akan tindakan Ethan. Akhirnya Ethan kasihan juga, tubuh Vani dibopong masuk kedalam mobil. Bahkan dibantuin memakai pakaian dan roknya lagi. Tapi ketika Vani meminta panty-nya, Ethan berkata "Ini buat gue aja. Kenang-kenangan. Lo ga usah pake aja. Memek lo butuh udara segar kelihatannya, habis tadi gue sumpalin pake kontol gue terus". "Sial lo Than. Ya udah, ambil dah sana" ketus Vani. 

Vani langsung tertidur di kursi mobil. Baru terbagun ketika mobil Ethan sudah sampai di depan pagar kos-kosan Vani. "Lo bisa jalan ga Van? Kalo masih lemes, gue papah deh masuk ke kamar lo. Itung-itung ucapan terima kasih sudah mau ngentot ama gue malam ini hehe" kata Ethan nakal. Vani tidak bisa menolak tawaran itu, karena memang dia masih merasa lemas dikedua kakinya. Maka Ethan pun memapah Vani berjalan menuju kosnya. 

Kamar Vani ada di lantai 2. Kamar-kamar di lantai 1 sudah pada tertutup semua. Tidak ada penghuninya yang nongkrong di luar. Diam-diam Vani merasa lega. Apa kata orang kalo dia pulang dipapah seperti ini. Kalo ga dibilang lagi mabok, bisa dibilang yang enggak-enggak lainnya. Tapi sialnya, ketika dilantai 2 mereka berpapasan dengan si Mirna yang baru dari kamar mandi. Mirna yang selama ini jealous dengan kesexy-an Vani, perhatiin Vani dari ujung rambut sampai ujung kaki. 

Tiba-tiba si Mirna ketawa sinis "Napa lo Van". "Sedikit mabok Mir" jawab Vani sekenanya. "Mabok apa lo? Mabok peju kelihatannya" kata Mirna nyelekit sambil mandangi paha Vani. Reflek Vani nengok kebawah, betapa kagetnya Vani, karena dia baru sadar tadi belum bersihin leleran peju Ethan dan pejunya sendiri. Lelehan peju mengalir dari dalam memek Vani, sampai lututnya. Cukup banyak, sehingga kelihatan jelas. 

PIASS! Muka Vani langsung memerah. Vani langsung berpaling, sedang Mirna terkekeh senang. 
"Kalo elo kelihatannya malah kekurangan peju neh. Mana ada cowo yang ikhlas kasi pejunya ke cewe kerempeng kayo elo?" tiba-tiba Ethan nyeletuk pedes. Muka Mirna berubah dari merah, kuning sampai jadi ungu. 
"Heh, gue juga punya cowok yang mau ngentot sama gue tanpa gue minta" balas Mirna ketus. 
"Nah, berarti kan lo bedua sama, sama-sama butuh kontol & pejunya. Napa saling hina. Urus aja urusan lo masing-masing, dan kenikmatan lo masing-masing. Ga usah saling sindir" tandas Ethan. 

Mirna langsung terdiam, dan ngloyor masuk dalam kamarnya. Vani sedikit terkejut, ga nyangka kalo si bejat Ethan bisa ngomong cerdas seperti itu. Betul-betul penyelamatnya. Setelah ditidurkan di ranjangnya Ethan pamit "Gue cao dulu ya Van. Thanks buat malam ini. Betul-betul sex yang hebat. Baru kali ini gue ngrasain. Kalo lo pengen, call gue aja ya. kontoll gue selalu siap melayani hehe". "Enak aja. Ini pertama dan terakhir Than. Kapok gue naik mobil lo" balas Vani pedas.
Share:

Namaku Luisa

Inilah kisahku. “Neng Luisa……” sebuah suara memanggil seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah kelas di salah satu SMU swasta terkenal di ibukota.

Saat itu kegiatan belajar mengajar di sekolah baru saja selesai, dan semua siswa-siswi bersiap-siap untuk pulang. Gadis yang dipanggil itu berhenti sejenak lalu memutar tubuhnya ke belakang sambil menatap seorang lelaki setengah baya yang tergopoh-gopoh lari ke arahnya. Melihat siapa yang datang, gadis itu langsung memisahkan diri dengan teman-temannya, lalu mengajak lelaki tadi masuk kembali ke dalam sebuah kelas kosong untuk berbicara 4 mata saja. Nampaknya ada hal yang sangat serius yang mereka obrolin. Sekitar 10 menit mereka mengobrol, kemudian gadis itu keluar dari kelas itu dengan tersenyum penuh arti. Demikian juga lelaki setengah baya itu. Entah apa yang mereka bicarakan. Akhirnya gadis itu kembali menyusul teman-temannya, bersiap-bersiap untuk pulang. Nama gadis itu adalah Luisa. Usianya baru 17 tahun. Ia sekolah di kelas 2 sebuah SMU swasta terkenal di ibukota ini. Luisa merupakan salah satu cewek terpopuler di sekolahnya. Gadis belia itu sangat cantik, dengan hidung mungil yang lucu. Dia memiliki kulit putih bersih yang mulus, mata bulat dengan bulu mata yang lentik dan panjang hitam lurus sepunggung. Gadis manis itu memiliki tubuh mungil khas remaja, dengan dada yang tidak begitu besar namun montok dan menantang serta dihiasi seragam SMU yang ketat, rok yang beberapa centi di atas lutut, dan kaus kaki putih panjang yang menutupi keindahan betisnya. Ya, kecantikan wajah dan tubuhnya, nyaris sempurna, sangat sesuai dengan selera om-om hidung belang. Ditunjang bibirnya tipis menggoda, dan selalu dihiasi senyum nakal remaja, membuatnya sebagai magnet bagi kaum lelaki, termasuk lelaki yang baru saja diajaknya ngobrol di kelas tadi. Lelaki setengah baya yang baru saja berbicara dengan Luisa adalah Mang Hamad. Dia adalah pesuruh sekolah ini yang bertugas antara lain sebagai tukang sapu sekaligus tukang kebun sekolah. Umurnya sudah 52 tahun. Dia bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam. Rambutnya yang putih tipis nyaris botak sedangkan kumis dan janggutnya tumbuh liar tak teratur. Tetapi yang paling tidak mengenakan untuk di lihat adalah tampanganya sangat jelek. Tahun ini dia sudah bekerja selama 12 tahun dan dia dipertahankan kepala sekolah karena sangat baik dan rajin. Murid-murid sekolah itupun sangat senang bergaul dengannya yang sangat ramah.

************************ 

Di sebuah kompleks perumahan 

Pukul 16.00 


Dengan sepeda bututnya, Mang Hamad menyusuri jalan di sebuah perumahan menengah atas. Sepeda itu berhenti di sebuah rumah bertingkat dua dengan taman garasi mobil di sampingnya. Mang Hamad menjulurkan tangannya ke dalam pagar untuk mencari knop bel. Tak lama kemudian dari dalam sana keluar seorang gadis belia dengan senyuman khasnya yang nakal. Gadis itu adalah Luisa. Tubuhnya yang indah itu terbungkus hotpants ketat berwarna putih dan baju berkancing tanpa lengan yang berwarna sama dengan bawahannya. Penampilan sangat seksi dan menggoda sore itu.

“Sore mang, yuk masuk!” ajak gadis itu.

Maka Hamad pun akhirnya memasukkan juga sepedanya ke dalam setelah Luisa membukakan pagar untuknya. Mang Hamat mengikutinya dari belakang, sesekali matanya menatap pantat gadis itu yang bergoyang kesana-kemari dengan indahnya. Begitu bulat dan padat sempurna bokong itu sampai Mang Hamad gemas ingin meremasnya. Luisa menyuruh Mang Hamad memasukkan sepedanya ke garasi yang kebetulan hari itu kosong, yang menandakan ada yang memakai mobil keluarganya. Kemudian dia mengikuti si empunya rumah memasuki rumah itu setelah melepas alas kaki dan menaruhnya di depan pintu.

“Mang Hamad bawa kan barangnya?” tanya Luisa dengan wajah penuh harap.

“Bawa neng. Tapi harus cepat-cepat dikembalikan. Takut kepala sekolah tahu”

“Tenang aja, cuman bentar kok” jawab Luisa dengan tersenyum puas.

“Tapi duit perjanjiannya sudah ada kan neng?”

“Santai saja mang. Tapi saya lihat dulu dong apa yang Mang Hamad bawa apa”

“Boleh” jawab Mang Hamad seraya mengeluarkan sesuatu dari balik punggunya.

“Eh mang, kita lihat di kamar Luisa aja. Ga ada orang kok” kata Luisa lalu mengajak Mang Hamad ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar, gadis itu lalu duduk di atas ranjangnya yang diikuti Mang Hamad.

“Mana mang?”

“Ini neng, seperti yang neng minta” kata Mang Hamad tersenyum sambil menyerahkan sebuah map berisi beberapa lembar kertas.

Luisa melihat semua isi map itu dan ikut juga tersenyum bahagia.

“Benar kan ini yang neng Luisa mau?”

“Benar mang. Pintar juga nih si mamang” puji gadis itu

“Siapa dulu dong….Hamad bin Abdul Aziz” kelakar pesuruh sekolah tua itu sambil membusungkan dadanya.

“Tapi ga ada yang tahu kan?”

“Sumpah ga ada neng. Tenang aja. Sekarang mana duit yang neng janjikan”

Luisa terdiam sejenak. Dia memang menjanjkan sejumlah uang kepada pesuruh sekolahnya ini untuk “jasa’ yang telah dilakukan Mang Hamad. Tapi terus terang dia tidak menyangka Mang Hamad akan berhasil. Luisa sebenarnya orang yang berada. Uang jajannya terbilang banyak. Orangtuanya selalu memberikan uang jajan setiap bulan (bukan perhari seperti siswa lain), dengan jumlah yang cukup banyak untuk ukuran anak SMA. Hal itu dimaksud agar Luisa jadi disiplin dan bisa me-manage duit sendiri. Tapi sayang, gaya hidup Luisa sangat glamor, suka hura-hura. Dia memang dikenal cukup gaul, modis karena badannya memang bagus dan wajahnyapun cantik. Butuh biaya yang tidak sedikit untuk mendapatkan semua itu, maka maka tak heran baru pertengahan bulan seperti ini dia sudah kehabisan uang. Kalau sudah begitu maka jangan harap ortunya yang disiplin dalam hal keuangan itu akan memberikan uang jajan tambahan.

“Mana duitnya neng? Mau mabok-mabokan dulu nih. Hehehe…” pinta Mang Hamad.

“eh..gini mang…anu…..” kata Luisa terbata-bata.

“Apa? Jangan bilang ga ada duit?”

“Bukan begitu. Jadi gini. Duit Luisa lagi ga ada sekarang. Habis kepake. Gimana kalo saya bayar bulan depan?”

“Ya elah neng. Tahu gitu ga mau deh mamang ambil resiko kayak gini”

“Maaf deh mang…Bulan depan ya…beneran ini uang jajan saya sudah habis nih” kata Luisa memelas.

“Masa utang. Kalo gitu ga jadi deh. Cape-cape saya nyolong ini” kata Mang Hamad sambil berdiri dan siap-siap keluar dari kamar.

Luisa lalu memutar otak dengan cepat. Dia ga boleh membiarkan Mang Hamad pergi membawa “barang” itu. Karena itu sangat penting baginya. Menyangkut masa depannya. Maka dia bertekad akan melakukan apapun asal dia mendapatkannya. Agaknya terpaksa ia harus memakai cara terakhir, maka dia lalu berdiri dan memanggil Mang Hamad yang sudah di pintu kamarnya.

“Mang…..” panggil Luisa pelan, suaranya dibuat sesexy mungkin.

Mang Hamad menoleh ke belakang.

----------

“Apa lagi? Pokoknya ada uang ada barang.” katanya.

“Jangan gitu dong mang. Lagi ga ada uang. Gimana kalo barang diganti barang?”

“emang pasar loak bisa barang diganti barang”

“Aku yakin barang yang ini mamang suka deh” kata Luisa menggoda.

“Barang apaan?”

“Mamang duduk dulu deh di ranjang ini” kata Luisa, dia lalu berjalan ke pintu kamar.

“Hei.. neng mau kemana?”

Luisa diam saja, pintu kamarnya itu dikuncinya lalu kembali ke arah Mang Hamad yang duduk bengong tak mengerti. Luisa sekarang berhadapan dengan Hamad. Perlahan-lahan dibukanya kaos tanpa lengennya di hadapan pria tua itu sehingga sehingga BH-nya yang warna pink dan perutnya yang mulus dan putih telah terlihat oleh Mang Hamad. Kontan Mang Hamad melotot dan kaget dengan perlakuan gadis itu. Matanya makin melotot saat Luisa juga melepaskan BH-nya, sehingga kini kedua payudaranyas terbuka lebar-lebar dan pria itu bisa melihatnya dengan bebasnya.

“Barang yang ini loh yang saya maksud” kata Luisa dengan genit memamerkan dadanya.

Memang payudara Luisa betul-betul indah menggoda. Keduanya begitu menantang untuk diraba-raba dan diremas-remas. Sementara kedua putingnya berwarna kemerahan nampak segar menantang untuk dikulum. Mang Hamad masih bengong tak tahu berbuat apa atas perlakukan nekat Luisa.

“Mang, bagaimana kalo duit yang saya janjikan diganti dengan tubuh saya? Mang Hamad boleh menikmati tubuh saya sampai mamang puas. Tapi mamang serahkan barang itu” bujuk Luisa.

Lalu tangannya menggapai tangan Mang Hamad yang berotot. Tangan Mang Hamad yang masih terbengong lalu ditempelkannya di payudaranya. Tangan kekar dan kasar itu tepat memenuhi payudara Luisa. Tangan Mang Hamad agak basah berkeringat. Tapi tiba-tiba tangan itu meremas payudara Luisa dengan lembut.

“Aaahh…gitu…terus… Mang..” desah Luisa manja.

“Luisa… tetek kamu indah sekali.. bening banget… kenyal lagi…”.

“Asal mamang mau kasih barang itu, mamang boleh kok menikmtinya sampai puas”

“Benar nih??” tanya penjaga sekolah itu seolah-olah tak percaya.

“Benar Mang” kata Luisa dengan mengarahkan kepala Mang Hamad ke payudaranya. A

Mang Hamad yang sudah terangsang mulai mencium payudara Luisa, dicium, dijilat, dikenyot, dihisap dan digigit putingnya yang berwarna kemerahan.

“Mang.. aaahhh.. aahhh en… enak.. Mang..”

“Iya… neng… pentilnya… manis nih”

“Ayo mang nikmatin sepuasmu…ahhhh……” desah Luisa.

Sementara payudara Luisa sedang dilahap oleh mulut Mang Hamad, tangannya mulai merambah ke paha gadis itu, dirabanya sebentar paha mulus itu lalu diturunkannya hotpants Luisa ke lantai. Kini Luisa berdiri di kamar itu dengan setengah telanjang di hadapan penjaga sekolah itu dengan hanya memakai celana dalam saja. Sungguh pemandangan yang menggairahkan. Dibantu oleh Luisa, Mang Hamad kemudian meraih celana dalam Luisa dan ditarik ke bawah hingga kaki, otomatis vaginanya yang ranum terpampang jelas dan menyerbakan aroma harum di kamar itu.

“Neng Luisa…bau apa ini…wangi sekali…”

“Bau ini Mang…kan Luisa baru mandi.” jawab Luisa menunjuk ke kelaminnya

“Waaaww… pasti rasanya.. enak.. juga.. ya..”

“Kalau Mang Hamad mau… mencoba.. boleh.. kok.. sodok aja sama ****** Mang Hamad.. yang mulai gede…” Luisa melihat batang kemaluan Mang Hamad sudah mulai mendesak dari balik celana yang dikenakannya.

Tubuh Luisa lalu dibaringkan di tempat tidur. Mang Hamad melotot melihat tubuhnya yang sudah telanjang bulat, matanya terus menatap ke arah vagina Luisa. Nafasnya berubah menjadi semakin liar. Saat itu benar-benar Luisa tambah begitu sexy dan merangsang mata laki-laki ygmemandangnya. Tubuhnya yang mulus, putih dan kencang itu terpampang di atas ranjang hingga membuat darah menggelegak.

“Neng Luisa, ka.. kamu… hgeehh… memek….bagus….sekali…. ka.. kamu… mau.. ya…”

“Iya… Mang. selesaikan aja sekarang. Habis itu berikan barangnya ya”.

Benar-benar Luisa telah menyerahkan seluruh tubuhnya kepada Hamad demi barang yang belum tahu apa. Lalu Mang Hamad berlutut di depan gadis itu, kepalanya diarahkan ke vaginaanya. Luisa menahan nafas menantikan perlakuan penjaga sekolahnya.

“Ooooh. OOHHHHH. Aduuhh. Enaak!!!”

Mang Hamad menyapukan lidahnya pada bibir kemaluannya. Lidahnya semakin liar saja, kini lidah itu memasuki liang vaginanya dan bertemu dengan klitorisnya. Badan Luisa bergetar seperti tersengat listrik dengan mata merem-melek. Gadis yang sudah terangsang berat itu mengelus-elus kepala Mang Hamad seraya membuka pahanya lebih lebar, kepalanya menengadah menatap langit-langit kamar. Mang Hamad nampaknya sudah pengalaman menaklukan wanita, dengan jarinya dia buka vagina Luisa sehingga lidahnya dapat menelusuri lebih ke dalam. Selain dengan lidah, Hamad juga mengerjai liang vagina gadis itu dengan jari-jarinya, jadi sambil menjilat jarinya juga aktif mengorek-ngorek liang itu sehingga area itu semakin berlendir.

“Oohhh…enak banget. Hebat banget sih jilat-jilatnya….ohhh…ohhhh….” desah Luisa.

Luisa, anak kelas 2 SMU yang cakep dan populer itu, yang jadi idaman seluruh cowok di sekolah itu, kini dibuat jadi tak berkutik dan mendesah-desah makin tak keruan oleh pesuruh sekolahan itu. Apalagi sekarang kedua tangan Mang Hamad meraih ke atas menggenggam dan meremas-remas masing-masing satu payudara Luisa.

“Oooh. AAAHHHHHH. AAAAHHHHHHHH. AAAAAHHHHHHHHH.”

Jilatan Mang Hamad itu benar-benar ampuh. Sampai-sampai membuat Luisa, cewek bermata indah itu, sekarang jadi basah kuyup vaginanya dibuatnya. Wajah Mang Hamad pun jadi ikutan basah pula kena tetesan cairan dari vaginanya. Namun dengan liar ia terus menjilati vagina basah Luisa sehingga jadi makin kuyup aja. Mang Hamad semakin memegang kendali permainan sampai akhirnya kini Luisa benar-benar pasrah dan mengikuti saja seluruh permainan Mang Hamad. Hal ini menunjukkan bahwa Mang Hamad jauh lebih berpengalaman dibanding Luisa. Kini Mang Hamad mengeluarkan kepalanya dari himpitan paha Luisa. Hal itu membuat Luisa merasa tanggung dan mau marah. Tapi dia sadar jutru dia harus bisa memuaskan lawan mainnya ini demi “perjanjian” tadi.

“Ayuk, sekarang neng duduk ya,” kata Mang Hamad sambil menyuruh Luisa duduk setengah tiduran di ranjang. Sementara ia melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. Nampaknya Mang Hamad ingin Luisa melihat penisnya yang akan dikeluarkan.

“Neng Luisa pasti belum pernah lihat ****** orang kampung kayak punya mamang. Sekarang mamang kasih lihat. Gratis. Hehehe..”

Kemudian Mang Hamad membuka resulting celananya dan menurunkan celana dalamnya sekaligus sehingga menyembullah penis yang sudah mengeras itu di depan wajah Luisa. Penis itu besar dan panjang dengan batang yang hitam dan ujungnya yang bersunat berbentuk helm tentara, membuat Luisa terkesiap karena panjangnya. Ini merupakan penis terbesar yang pernah dilihat langusng olehnya. Beda dengan punya pacarnya. Walau merasa ngeri saat membayangkan penis itu bakal mengoyak vaginanya, tapi Luisa tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Maka tanpa diminta diapun mulai mendekati penis itu lalu mengelusnya. Tubuh Mang Hamad bergetar saat Luisa mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan. 

“Tangannya halus..enak…” desah Mang Hamad.

Pelan-pelan, Luisa memajukan wajahnya, dia melanjutkan kocokannya sambil menyapukan lidahnya pada kepala penis itu, sehingga Mang Hamad mendesah merasakan belaian lidah Luisa pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya.

Setelah belasan tahun yang lalu lamanya menduda Mang Hamad kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Wanita muda dan cantik lagi. Dia sungguh sangat terangsang. Luisa sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.

“enaknya!!!” lenguh Mang Hamad

Luisa terus memaju-mundurkan kepalanya sambil mengulum penis itu, tangannya juga ikut bekerja mengocok batangnya atau memijat buah pelirnya. Pria setengah baya itu merasa semakin keenakan sehingga tanpa sadar ia menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisnya menyodoki mulut Luisa seolah menyetubuhinya. Kini Luisa berhenti memaju-mundurkan kepalanya dan hanya pasrah membiarkan mulutnya disenggamai penjaga sekolah itu itu, kepalanya dipegangi sehingga tidak bisa melepaskan diri.

“Uuhhh…gitu , enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Luisa dan memaju-mundurkan pinggulnya.

Luisa merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Mang Hamad yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya.

“Ohhh…Neng Luisa, terus…terus!” desahnya sambil membelai rambut gadis itu.

Saking enaknya, pertahanan Mang Hamad langsung jebol dalam waktu kurang dari 5 menit. Wajahnya menegang dan cengkeramannya pada pundak gadis itu makin mengeras. Luisa yang menyadari lawan mainnya akan segera keluar mempergencar serangannya, kepalanya maju mundur makin cepat dan cret…cret…sperma Mang Hamad menyemprot dalam mulutnya. Dengan lihainya Luisa menelan dan menyedot cairan kental itu tanpa ada yang menetes dari mulutnya. Sungguh kenikmatan oral terdahsyat yang dialami Mang Hamad sehingga membuatnya melenguh tak karuan.

“Uoohh…sedot terus neng…ajibb…jibb…jibbh!!”

Luisa melakukan cleaning servicenya dengan sempurna, seluruh batang itu dia bersihkan dari sisa-sisa sperma. Setelah mulutnya lepas tak terlihat sedikitpun cairan putih itu menetes dari mulutnya. Sungguh teknik yang sempurna, demikian pikir Mang Hamad.

Luisa kemudia tersenyum genit kearah Penjaga sekolahnya itu.

“Neng memang gadis nakal ya, Luisa”. katanya

“Asal Mamang mau bantu Luisa, apapaun saya lakukan buat Mang Hamad”. Sahut Luisa dengan masih terseyum menggoda. 

Mang Hamad lalu memanggil Luisa untuk duduk di pangkuannnya. Posisi mereka sekarang saling menghadap dimana Mang Hamad masih duduk di ranjang dan Luisa diatasnya. Tanpa malu-malu Luisa menuruti keinginan penjaga sekolahnya itu. Bahkan tanpa sungkan dia mencium bibir Mang Hamad. Sambil berciuman tangan Mang Hamad kembali meremas bagian-bagian sensitif tubuh gadis mungil itu. Sekarang penjaga sekolah bejat itu menyusu dari payudaranya. Pipi pria itu sampai kempot menyedot puting Luisa, sepertinya dia sangat gemas dengan payudara Luisa yang putih montok dengan puting kemerahan itu. Luisa senang-senang saja payudaranya dikenyot. Dia sendiri nampak mendesah nikmat dengan kepala menengadah dan mata terpejam. Dengan nakal dia ikut meremas-remas batang Mang Hamad yang masih lemas. Perlahan-lahan nafsu gadis itu mulai naik lagi. Begitu juga dengan Mang Hamad. Dalam tempo singkat penisnya sudah kembali bangun.

“Masukin ya pak. Luisa sudah ga tahan nih’. kata Luisa yang diiyakan Mang Hamad. Luisa lalu mengakat pantatnya dan mengarahkan vaginanya ke penis yang sudah menegang maksimal itu. inilah kali pertama Luisa akan merasakan penis terbesar yang akan memasuki lubang vaginanya yang sempit. Walau sedikit ngeri, tapi nafsunya mengalahkan semuanya. Beberapa kali kepala penis itu terpeleset dan gagal masuk ke celah vagina luisa.

“Susah banget sih mang. Punya mamang gede sih”

“Sini mamang bantu”

Mang Hamad lalu membantu dengan mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu. Luisa mengigit bibirnya merasakan sedikit perih saat ujung kepala penis Penjaga sekolahnya itu masuk. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam miliknya.

“Pelan-pelan mang. Sakit….”

“Iya neng. Memeknya kesempitan sih”

Luisa merintih menahan nyeri saat penis besar itu menyeruak perlahan ke dalam kemaluannya yang sempit, demikian juga Mang Hamad meringis menahan nikmat merasakan penisnya tergesek dinding vagina gadis itu. Dengan beberapa kali gerakan tarik dorong yang keras maupun lembut, penis itu akhirnya terbenam setengahnya ke dalam vagina Luisa. Itupun Luisa sudah merasa penuh sekali. Penis itu terasa sangat sesak di liang vaginanya, ini memang bukan pertama kalinya bagi Luisa, namun penis mantan pacarnya Johan tidaklah sebesar milik Mang Hamad. Dan ketika dengan kasar Mang Hamad tiba-tiba menekankan batangnya seluruhnya hingga amblas. Luisa tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur pedih menguasai dirinya, hingga badannya mengejang beberapa detik.

“ahh……….mang……ohhhhhhh…….sakit……..” Luisa melolong dengan panjang.

“Oohh…enak banget Neng, sempit, legit, padahal udah gak perawan…!” katanya sambil menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat. Luisa sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap dia menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang vaginanya sungguh membuatnya seperti terbang tinggi. Mereka bersetubuh dengan gaya woman on top.

“Oh, Luisa…… memekmu…bener-bener masih seret, ohh..ohhh !” puji Mang Hamad ditengah genjotannya. Luisa hanya hanya memejamkan mata sambil mendesah. Dia sudah mulai bisa menikmati penis Mang Hamad di liangnya. Bahkan dia sekarang mulai ikut menggoyang-goyangkan pantatnya di atas penis hitam itu.

“Oh, mang….ohhhh…ohhhhhh…..e..nak……” desah Luisa.

Dia memacu dan menggoyangkan pinggulnya pada pangkuan Mang Hamad dengan penuh semangat. Ketika memandang ke depan, dilihatnya wajah orang tua itu sedang menatapnya dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kenikmatan karena telah berhasil menikmati gadis terpopuler di sekolah ini.

“Kamu benar-benar cantik neng. teteknya juga bagus”. ujarnya.

Dengan posisi demikian, Mang Hamad dapat mengenyot payudara Luisa sambil menikmati goyangan pinggulnya.

Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian. Remasan dan gigitannya yang terkadang kasar menyebabkan Luisa makin melayang, dia makin lama makin cepat mengoyangkan pinggulnya diatas tubuh Mang Hamad. Di ambang klimaks, tanpa sadar Luisa memeluk Mang Hamad dan dibalas dengan pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Luisa mendesis panjang dengan tubuh mengejang.

‘Oh..mang….Luisa ….mau ke….lu….ar….rrrrr” Jerit Luisa.

Sekitar 2 menit kemudian, tubuh Luisa meliung keras, menjerit menahan desah, saat berhasil mencapai orgasme, matanya membeliak dan tubuhnya berkelejotan. Mang Hamad masih erus mengenjot hingga orgasmena makin panjang. Vagina Luisa berdenyut kencang seolah menghisap penis Mang Hamad dan mencengkeram penis itu keras sekali. Meski begitu, entah apa yang menjadi doping Mang Hamad, penis penjaga sekolah itu tetap saja berdiri tegak seperti tongkat baja yang tidak bisa lemas. Penis itu terus menyodok vagina Luisa meski gadis cantik itu sudah kepayahan. Mang Hamad lalu mendekap tubuh telanjang Luisa, lalu masih dengan kemaluan yang menyatu, mereka lalu berlutut di lantai. Mang Hamad kemudian menunggingkan pantat Luisa, memaksa gadis cantik itu berposisi merangkak dengan bertumpu pada lutut dan siku. Dengan posisi pantat Luisa yang menungging lebih tinggi dari kepala, Mang Hamad makin leluasa menggagahi wanita cantik itu. Dia melebarkan kedua kaki Luisa, membuat vagina wanita itu kembali membuka. Segera saja penis Mang Hamad kembali menggenjot vagina gadis seksi itu secara brutal.

“Ahhkh… aahh… oohh…” Luisa merintih-rintih lirih merasakan vaginanya kembali digenjot oleh penis Mang Hamad.

Tubuhnya kian lemas mengalami percintaan yang begitu lama. Lenguhan dan erangan Luisa akhirnya lenyap sama sekali dan hanya menyisakan rintihan-rintihan tak berdaya. Tubuh mulusnya yang telanjang bulat tersentak maju mundur dengan pasrah mengikuti sodokan penis Mang Hamad pada vaginanya. Tubuhnya benar-benar terasa letih dan lemas. Meski begitu gelombang orgasme terus-menerus menghajar tubuhnya, membuat Luisa hanya bisa menggeliat lemah dan menggigit bibir merasakan kenikmatan yang sekaligus sangat menyakitkan.

“enak sekali memek neng Luisa…beruntung sekali mamang…ha…ha….” Jerit Mang Hamad bagai kesetanan.

Penis Mang Hamad dengan kasar menyodok-nyodok vaginanya berulang-ulang. Cairan vagina Luisa yang membludak seolah berbuih melicinkan gesekan penis Mang Hamad pada dinding vaginanya. Sebagian cairan vagina itu mengalir membasahi paha Luisa sebelah dalam.

Mang Hamad kian ganas mengenjot Luisa. dengan tangan terus-menerus meremas-remas pantat Luisa, penis Mang Hamad menyodok vagina anak 17 tahun yang cantik itu dengan gerakan tidak teratur, kadang cepat kadang pelan, membuat Luisa kian tersiksa oleh kenikmatan yang kembali mendera tubuhnya. Kadang-kadang saking terangsangnya, Luisa menggoyangkan pantatnya sendiri maju mundur untuk mempercepat sodokan penis Mang Hamad pada vaginanya. Mang Hamad tertawa senang di tengah dengus kenikmatannya menyaksikan Luisa yang menggoyangkan pantatnya sendiri.

----------

“He he he.. Oke juga nih neng..” Mang Hamad tertawa. “Ayo, goyang terus… Ayo.. terus…” Mang Hamad menyemangati.

Dia lalu menghentikan sodokan penisnya sama sekali, untuk mengetahui reaksi Luisa. Secara reflek Luisa langsung menggerakkan pantatnya lebih kuat dan lebih cepat. Orgasme berkali-kali telah membuat Luisa kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. yang dia inginkan sekarang hanyalah bagaimana meraih kenikmatan seksual sebanyak mungkin. Karena itulah Luisa terus menerus menggoyangkan pantatnya membuat vaginanya tetap terpompa oleh penis Mang Hamad. Sementara itu Mang Hamad juga mengimbangi gerakan pantat Luisa yang kian liar. Mang Hamad memegangi pinggul Luisa lalu menarik pinggul yang bulat itu maju mundur mempercepat goyangan pantat Luisa.

“Ayo.. terus.. goyang terus..” Mang Hamad menyemangati Luisa yang makin liar, sementara tangannya terus meremasi pantat Luisa yang montok dengan penuh kegemasan. Luisa kian tak tahan menerima sodokan penis Mang Hamad. Perlakuan Mang Hamad yang brutal ternyata justru membuat orgasme Luisa lebih cepat meninggi. Luisa merasakan gelombang orgasme kembali meregangkan syaraf seksualnya mencoba menembus pertahanannya.

“Udah dulu mang, cape…”

“Tapi Mamang belum cape neng…kalau mau udahan silakan tapi perjanjian kita batal” ancamnya.

“Ok..ok lanjutin ajah mang” Kat Luisa tak punya pilihan,

Merasa belum terpuaskan dengan posisi doggy style yang dipraktekkannya, Mang Hamad memaksa Luisa kembali menelentang di lantai, lalu direntangkannya kedua tangan Luisa ke samping dan dipeganginya pergelangan tangan wanita itu erat-erat. Kemudian kembali penis Mang Hamad menyodok-nyodok vagina Luisa. Luisa tidak bisa bergerak dengan posisi seperti itu. Tubuh Mang Hamad yang besar menindih tubuh putih mulus Luisa dengan ketat. Sodokan penis Mang Hamad menggenjot vagina Luisa dengan begitu kasar membuat pantat Luisa sampai terbanting-banting keras di lantai marmer yang dingin. Luisa yang sudah tidak punya tenaga lagi hanya bisa pasrah dan berharap ini cepat berakhir. Meski begitu Luisa harus menunggu cukup lama untuk itu. Selang sepuluh menitan Mang Hamad menggenjotkan penisnya, tubuh Luisa kembali menggeliat dan mengejang, hanya kali ini terlalu lemah.

“Ohh… aahh…” Luisa mengerang lirih dengan tubuh mengejang dan gemetar. Dari vaginanya yang kembali berdenyut keras, Mang Hamad segera tahu kalau gadis cantik yang sedang digagahinya itu kembali mengalami orgasme. Vagina Luisa mencengkeram penis Mang Hamad dengan kuat seolah hendak membetot penis itu sampai lepas.

“Udah dulu mang….aduh capek…istirahat dulu….” Desah Luisa.

Kali inin Mang Hamad menurut saja. Dia juga mau mengistirahtkan penisnya yang dari tadi `bekerja keras`. Dia lalu membopong Luisa. Direbahkannya gadis itu di atas ranjang. Luisa telentang dengan lemasnya. Entah sudah berapa kali dia orgame. Tapi dia tahu ini belum selesai. Luisa menerima minuman yang diberikan Mang Hamad. Kerongkongannya yang tadinya kering kembali terisi. Mang Hamad juga membantu Luisa mengurangi lemasnya dengan memijat-mijat gadis itu.

Pukul 17.40

“Terima kasih neng. Ini baru bayaran yang sepadan”

“Ya udah. Sekarang mana “barang” nya. Saya butuh banget” sahut Luisa

“Tuh ambil!” Mang Hamad mengeluarkan lembaran itu dari saku celananya pada Luisa.

Luisa tersenyum lalu ia buru-buru menyalin semua yang dalam kertas pada sebuah catatan kecil.

Lima belas menit kemudian Mang Hamad pun meninggalkan rumah Luisa dengan penuh kepuasan

************************

Keesokan harinya

Pukul 13.40

Sekolah sudah lenggang setelah bubaran jam 13.15 tadi, tidak ada kegiatan ekskul karena ini adalah minggu ujian. Di sebuah toilet di tingkat 3 yang jarang dilewati orang terdengar sayup-sayup suara desahan dari dalam.

“Aaah…iyahhh Mang, lebih keras dikit…ahhh….aahhhh!!!” erang Luisa yang bersandar pada tembok dan menerima hujaman penis Mang Hamad pada vaginanya.

Seluruh kancing seragam gadis itu telah terbuka dan cup bra nya telah terangkat ke atas, demikian juga celana dalamnya telah tergeletak di lantai dan roknya terangkat hingga pinggang. Crettt….crettt…beberapa kali semprotan sperma Bang Hamad mendarat di buah pantatnya yang sekal. Kedua insan itu baru saja mencapai puncak kenikmatan bersama di toilet itu.

“hihihi…untung ada Mang Hamad jadi tadi ujiannya lancar!” kata Luisa agak lemas sambil mulai mengancingkan kembali kemejanya.

“Pokoknya kalau Neng butuh bantuan sih cari aja Hamad bin Abdul Aziz, dijamin tokcer…asal imbalannya juga asyik punya dong hehhee!” kelakarnya genit sambil membelai pantat Luisa.

Ya…lembaran yang sejak kemarin sangat diinginkan Luisa itu tak lain adalah kunci jawaban pilihan ganda untuk UTS IPA hari ini. Luisa memang terbilang agak kurang dalam bidang studi satu ini, terutama kimia yang membuatnya sangat frustasi. Dengan kunci jawaban hasil curian Bang Hamad kemarin ia dapat mengerjakan ujian tadi dengan lancar, tentunya tidak semuanya dijawab sama persis seperti di kunci demi menghindari kecurigaan para guru. Sebagai harganya ia harus merelakan tubuhnya dinikmati oleh si penjaga sekolah tua itu.

“Udah ya Mang, saya pulang dulu…inget di luar jangan macem-macem loh, gak enak kalau diliat orang!” Luisa mewanti-wanti pria itu setelah membenahi diri dan hendak keluar dari toilet itu.

“Tenang neng…tenang, Mamang juga bisa dipecat atuh kalau ketahuan gitu hehehe” jawab Mang Hamad terkekeh-kekeh.

Sampai di tempat parkir, Luisa tampak bingung mencari-cari sesuatu di saku bajunya hingga tasnya.

“Ininya ketinggalan Neng?” tanya sebuah suara dari belakang yang mengejutkannya.

“Duh Mang, ngagetin aja, makasih ya, kayanya jatuh di atas tadi” Luisa pun menerima kunci mobilnya dari tangan Mang Hamad lalu menekan remotenya hingga pintu tidak terkunci. Luisa masuk ke jok kemudi, tapi sebelum ia sempat menutup pintu mobil, tiba-tiba Mang Hamad menahannya dan merangsek ke dalam menindih tubuh gadis itu.
Share: